- Kesatuan Sosial
dalam Etnografi
Seorang ahli antropologi Amerika, R. Naroll pernah menyusun suatu daftar prinsip prinsip yang biasanya dipergunakan oleh para ahli antropologi untuk menemukan batas batas dari masyarakat, bagian suku bangsa yang menjadi pokok dan lokasi yang nyata dari deskripsi etnografi mereka. Dengan beberapa modifikasi oleh J.A. Clifton dalam buku pelajarannya, Introduction to Cultural Anthropology (1968: hlm.15), maka daftar itu menjadi seperti yang tercantum dibawah ini.
- Kesatuan masyarakat yang dibatasi oleh
satu desa atau lebih;
- Kesatuan masyarakat yang terdiri dari
penduduk yang mengucapkan satu bahasa atau satu logat bahasa;
- Kesatuan masyarakat yang dibatasi oleh
garis batas suatu daerah politis administratif
- Kesatuan masyarakat yang biasanya
ditemukan oleh rasa identitas penduduknya sendiri
- Kesatuan masyarakat yang ditentukan oleh
suatu wilayah geografi yang merupakan kesatuan daerah fisik;
- Kesatuan masyarakat yang ditentukan oleh
kesatuan ekologi;
- Kesatuan masyarakat dengan penduduk yang
mengalami satu pengalaman sejarah yang sama
- Kesatuan masyarakat dengan penduduk yang
frekuensi interaksinya satu dengan lain tinggi merata
- Kesatuan masyarakat dengan susunan sosial
yang seragam
- Kerangka
Etnografi
Sebuah karangan etnografi perlu didahului dengan suatu bab permulaan yang mendeskripsi lokasi dan lingkungan geografi dari wilayah suku bangsa yang bersangkutan. Selain itu, bab pertama biasanya juga dilengkapi dengan keterangan demografi dari suku bangsa yang bersangkutan.
Bab selanjutnya biasanya mengandung uraian tentang asal dan sejarah dari suku bangsa yang bersangkutan, dan dari wilayah didiaminya. Uraian tenang sejarah pada permulaan akan menjadi lebih bermanfaat kalau bab terakhir mengandung uraian tentang keadaan masa sekarang, disambung dengan uraian tentang perubahan serta pergeseran dari kebudayaan yang bersangkutan.
Meringkas kembali yang terurai sebelumnya, maka sebuah karangan tentang kebudayaan suatu suku bangsa yang disusun menurut kerangka etnografi akan terdiri dari ba ba seperti terdaftar di bawah ini.
- Lokasi, lingkungan alam dan demografi.
- Asal mula dan sejarah suku bangsa.
- Bahasa.
- Sistem teknologi.
- Sistem mata pencaharian.
- Organisasi sosial.
- Sistem pengetahuan.
- Kesenian.
- Sistem religi.
- Lokasi,
Lingkungan Alam, dan Demografi
Beberapa masalah terutama pada masa kini mendapat perhatian banyak adalah mengenai pengaruh timbal balik antara keadaan alam dengan pola makan dari suatu penduduk, guna studi gizi; soal pengaruh timbal balik antara keadaan alam dengan kesehatan serta laju kematian dan tingkat fertilitas penduduk, yang sebaliknya berguna untuk studi kependudukan. Masalah lain yang penting juga adalah masalah hubungan antara alam dan tanah dengan sistem mata pencaharian penduduk.
Suatu etnografi juga harus dilengkapi dengan data demografi, yaitu data mengenai jumlah penduduk yang diperinci dalam jumlah wanita dan jumlah pria, dan sedapat mungkin juga menurut tingkat umur dengan interval lima tahun, data mengenai laju kelahiran dan laju kematian, serta data mengenai orang yang pindah keluar masuk desa.
- Asal Mula dan
Sejarah Suku Bangsa
Keterangan mengenai asal mula suku bangsa yang bersangkutan biasanya harus dicari dengan menggunakan tulisan para ahli prehistori yang pernah melakukan penggalian dan analisis benda benda kebudayaan prehistori yang mereka temkan di daerah sekitar lokasi penelitian ahli antropologi.
Dalam praktik, untuk mencari keteranga mengenai zaman prehistori suatu suku bangsa, maka seorang ahli antropologi cukup membaca laporan laporan hasil penggalian dan penelitian para ahli prehistori tentang daerah umum yang menjadi tempat tinggal suku bangsa yang bersangkutan.
- Bahasa
Ciri ciri menonjol dari bahasa suku bangsanya dapat diuraikan pengarang etnografi dengan cara tepat menempatkannya dalam klasifikasi bahasa bahasa sedunia pada rumpun, subrumpun, keluarga, dan subkeluarga bahasanya yang wajar, dengan beberapa contoh fonetik, fonologi, sintaksis, dan semantik, yang diambil dari bahan ucapan bahasa sehari sehari. Daftar kata kata dasar, atau basic vocablary suatu bahasa terdiri dari kira kira 200 kata mengenai anggota badan (kepala, mata, hidung, mulut, tangan, kaki dan sebagainya), gejala gejala dari badan badan alam (angin, hujan, panas, dingin, matahari, bulan, awan, langit dan sebagainya), warna, bilangan, kata kerja pokok (makan, tidur, jalan, duduk, berdiri dan sebagainya).
Di daerah perbatasan antara daerah tempat tinggal dua suku bangsa, hubungan antara individu warga masing masing suku bangsa tadi sering kali sangat intensif sehingga ada proses saling pengaruh mempengaruhi antara unsur bahasa dari kedua belah pihak. Bahasa di daerah perbatasan menjadi bahasa campuran, dan suatu pengecualian terhadap situasi semacam itu hanya ada kalau batas daerah antara tempat tinggal dua suku bangsa itu terpisah oleh laut, gunung yang tinggi, sungai yang lebar, atau batas batas alam lain yang menghambat kontak antara manusia yang intensif.
Kecuali itu bahasa dari suatu suku bangsa, terutama suatu suku bangsa yang besar, yang terdiri dari berjuta juta penduduk selalu menunjukkan suatu variasi yang ditentukan oleh perbedaan daerah secara geografi maupun oleh lapisan sosial serta lingkungan sosial dalam masyarakat suku bangsa tadi. Perbedaan bahasa menurut lapisan sosial dalam masyarakat yang bersangkutan disebut tingkat sosial bahasa (social levels of speech).
- Sistem Teknologi
Dalam buku buku etnografi dari zaman sesudah kira kira 1930, terutama yang ditulis oleh para ahli antropologi Inggris atau Amerika, tampak bahwa bab mengenai sistem teknologi menjadi kurang penting. Teknolgi tradisional mengenai paling sedikit delapan macam sistem peralatan dan unsur kebudayaan fisik yang dipakai oleh manusia yang hidup dalam masyarakat kecil berpindah pindah atau masyarakat pedesaan yang hidup dari pertanian, yaitu:
- Alat alat
produksi
Alat alat
produksi yang dimaksud di sini adalah alat alat untuk melaksanakan suatu
pekerjaan mulai dari alat sederhana seperti batu tumbuk untuk menumbuk terigu,
sampai yang agak kompleks seperti alat untuk menenun kain. Kalau alat alat
semacam itu dikelaskan menurut macam bahan bahan mentahnya, maka ada alat alat
batu, tulang, kayu, bambu, dan logam. Pembuatan alat alat batu dapat dikerjakan
menurut empat teknik, yaitu: teknik pemukulan (perussion flaking), teknik penekanan (pressure flaking), teknik pemecahan (chipping), dan teknik penggilingan (grinding).
Mengenai
teknik pembuatan alat tulang belulang, gading, atau gigi, sering sudah
mempunyai bentuk yang lebih kurang sama dengan bentuk alat yang diperlukan,
maka teknik pembuatannya lebih bersifat pembentukan lebih lanjut agar tercapai
bentuk yang sebenarnya diperlukan, dengan cara retouching. Teknologi tradisional untuk membuat alat alat logam
dapat dikelaskan ke dalam dua golongan, yaitu teknologi menandai dan teknologi
menuang.
Dari sudut
fungsinya, alat alat produksi itu dapat dibagi ke dalam alat potong, alat tusuk
dan pembuat lubang, alat pukul, alat penggiling, alat peraga, alat untuk
membuat api, alat meniup api, tangga dan sebagainya; sedangkan dari sudut
lapangan pekerjaannya ada alat alat rumah tangga, alat pengikal dan tenun, alat
alat pertanian, alat alat penangkap ikan, jerat penangkap dan sebagainya.
- Alat membuat api
Alat membat
api masuk dalam alat alat produksi. Alat membuat api ada yang menggunakan
gesekan batu dan gesekan kayu yang dirau.
- Senjata
Senjata
dapat dikelaskan pertama menurut bahan mentahnya, kemudian menurut teknik
pembuatannya. Menurut fungsinya, ada senjata potong, senjata tusuk, senjata
lempar, dan senjata penolak; sedangkan menurut lapangan pemakaiannya ada
senjata untuk berburu serta menangkap ikan, dan senjata untuk berkelahi atau
berperang.
- Wadah
Wadah atau
alat dan tempat untuk menimbun, memuat, dan menyimpan barang (container). Berbagai macam wadah juga
dapat dikelaskan menurut bahan mentahnya, yaitu kayu, bambu, kulit kayu,
tempurung, serat seratan, atau tanah liat.
Wadah dari
tanah liat disebut dengan istilah “tembikar”, atau dalam bahasa Inggris pottery. Teknik pembuatan tembikar pada
dasarnya ada empat macam, yaitu teknik pembuatan dengan cetakan yang kemudian
dirusak (lining technique), teknik
menyusun gumpalan gumpalan lempung yang besar (modeling technique), dan teknik membentuk segumpal lempung yang
diputar putar dengan roda (pottery-whell-technique).
Kemudian teknik teknik pembuatan tembikar dapat juga dikelaskan menurut cara
cara membakar dan cara cara menghiasnya, serta mencat benda benda periuk
belanga itu. Selain mempunyai fungsi sebagai tempat menimbun, memuat, dan
menyimpan, tembikar pada khususnya dan semua wadah pada umumnya, mempunyai juga
berbagai fungsi dalam lapangan memasak sebagai alat dan sebagai wadah untuk
membawa barang.
- Makanan
Makanan
dapat dipandang dari sudut bahan mentahnya, yaitu sayur mayur dan daun daunan,
buah buahan, akar akaran, biji bijian, daging, susu, dan hasil susu (dairy products), ikan dan sebagainya.
Dalam
berbagai kebudayaan di dunia ada dua macam cara memasak, yaitu dengan api dan
dengan cara memakai batu batu panas. Cara memakai batu batuan panas atau stone boiling technique, dilakukan
dengan cara mengambil batu batu yang telah dipanaskan hingga menjadi putih,
kemudian memasukkannya ke dalam bahan masakan itu, didiamkan hingga makanan itu
matang.
Dipandang
dari sudut tujuan konsumsinya, makanan dapat digolongkan ke dalam empat
golongan, yaitu: (a) makanan dalam arti khusus (food), (b) minuman (beverages), (c) bumbu bumbuan (spices), dan (d) bahan yang dipakai
untuk kenikmatan saja seperti tembakau, madat dan sebagainya (stimulants).
- Pakaian
Dipandang
dari sudut bahan mentahnya pakaian dapat dikelaskan ke dalam pakaian dari bahan
tenun, pakaian dari kulit pohon, pakaian dari kulit binatang dan lain lain.
Mengenai
untuk pembuatan bahan bahan pakaian yang paling banyak mendapat perhatian para
sarjana antropologi adalah cara cara memintal dan menenun, kemudian juga cara
cara menghias kain tenun dengan teknik teknik seperti teknik ikat, teknik celup
(batik) dan sebagainya.
Ditinjau
dari sudut fungsi dan pemakaiannya, pakaian itu dapat dibagi paling sedikit
empat golongan, yaitu: (a) pakaian semata mata sebagai alat untuk menahan
pengaruh dari sekitaran alam, (b) pakaian sebagai lambang keunggulan atau
gengsi, (c) pakaian sebagai lambang yang dianggap suci, dan (d) pakaian sebagai
perhiasan badan. Dalam suatu kebudayaan, pakaian atau unsur unsur pakaian
biasanya mengandung suatu kombinasi dari dua fungsi tersebut di atas atau
lebih.
- Tempat berlindung
dan perumahan
Tempat
berlindung atau rumah, yang dibuat dari serat, jerami, kayu, dan bambu,
didapati di semua benua di dunia; rumah terbuat dari kulit pohon ada pada
berbagai suku bangsa Indian di Amerika Utara; rumah dari tanah liat ada pada
berbagai suku bangsa di dunia yang hidup di daerah daerah yang kering sekali;
tenda yang terbuat dari kulit binatang ada pada berbagai suku bangsa yang hidup
dari peternakan atau berburu di daerah padang padang rumput di Asia Barat Daya,
Asia Tengah, di Amerika Utara, dan juga di daerah daerah utara seperti Siberia
dan Kanada Utara (daerah Eskimo). Rumah dari batu juga lazim di berbagai tempat
di dunia, terutama di daerah kota. Rumah dari bahan bahan yang aneh seperti
salju keras misalnya, terdapat hanya pada orang Eskimo di daerah Kanada Utara
bagian tengah, dan di daerah Greenland Utara.
Lepas dari
beragam bentuk bentuk khusus dari rumah di seluruh dunia tadi, secara garis
besar ada tiga macam bentuk pokok dari rumah manusia, yaitu: rumah yang
setengah di bawah tanah (semi-suterranian
dwelling), rumah di atas tanah (surface
dwelling), dan rumah di atas tiang (pile
dwelling).
Dipandang
dari sudut pemakaiannya, tempat berlindung dapat dibagi ke dalam tiga golongan,
yaitu: (a) tadah angin, (b) tenda atau gubuk yang segera dapat dilepas, dibawa
pindah, dan didirikan lagi; dan (c) rumah untuk menetap. Dipandang dari sudut
fungsi sosialnya, berbagai macam rumah yang tersebut terakhir dapat dibagi ke dalam
(a) rumah tempat tinggal keluarga kecil, (b) rumah tempat tinggal keluarga
besar, (c) rumah suci, (d) rumah pemujaan, (e) rumah tempat berkumpu umum, dan
(f) rumah pertahanan.
- Alat alat
transportasi
Alat alat
transportasi dalam kebudayaan manusia agak sukar dikelaskan menurut bahan
mentahnya, tetapi lebih praktis untuk membicarakannya langsung menurut
fungsinya. Berdasarkan fungsinya, alat alat transportasi yang terpenting adalah
(a) sepatu, (b) binatang, (c) alat seret, (d) kereta beroda, (e) rakit, dan (f)
perahu.
Sepatu
memang dapat dianggap sebagai suatu unsur pakaian, tetapi fungsinya yang utama
adalah sebagai alat untuk melindungi telapak kaki bila manusia harus berjalan
di tanah yang sukar dilalui, maka sepatu pada dasarnya merupakan suatu alat transportasi.
Semua bentuk sepatu di dunia berdasarkan prinsip moccasin dan prinsip sandal. Pada moccasin kaki seolah olah dibungkus, dan pada sandal kaki hanya
diberi telapak.
Sejak lama
manusia telah mempergunakan juga binatang sebagai alat transportasi dengan cara
memuati binatang itu dengan barang atau dengan cara memuati binatang binatang
itu dengan barang atau dengan cara mengendarainya sendiri. Seekor binatang pada
umumnya dapat membawa lebih banyak barang dengan cara menghela daripada dengan
cara memuat barang itu di atas punggungnya. Karena itu dalam banyak kebudayaan
suku bangsa ada alat alat yang dapat dimuat dengan barang untuk dihela oleh
binatang. Pada suku bangsa serupa itu ada alat lain untuk memuat barang, yaitu travois, dan alat seret (sledge). Travois merupakan alat yang terdiri dari suatu rangka yang
berbentuk seperti suatu brancard di
rumah sakit, tetapi menyempit pada satu bagian ujungnya.
Bersamaan dengan berkembangnya
kereta roda sebagai alat transportasi barang dan manusia, berkembanglah dalam
kebudayaan manusia sistem jalan jalan. Kereta beroda memang hanya dapat
dipergunakan dengan efisien sekali
apabila tanah yang dijalani itu diratakan dan diperkuat.
Manusia mengenal dua tipe alat untuk bergerak di air, yaitu rakit dan perahu. Rakit dapat dibuat dari berbagai bahan enteng yang dapat mengapung di permukaan air, seperti batang batang kayu, bambu, serat serat, rumput rumputan yang diikat menjadi satu. Perahu juga dibuat dari berbagai macam bahan, tetapi bentuk perahu yang paling sederhana rupa rupanya adalah perahu lesung, atau dug-out canoe. Perahu ini terdiri dari sebuah balok kayu yang dibelah, kemudian ditekuk bagian dalamnya.
No comments:
Post a Comment