A.
Pengertian Bulying
Bullying
berasal dari kata Bully, yaitu "ancaman". Bullying merupakan ancaman
yang dilakukan seseorang terhadap orang lain yang umumnya lebih lemah atau
"rendah" dari pelaku, hal ini menimbulkan gangguan psikis bagi
korbannya berupa stres. yang muncul dalam bentuk gangguan fisik atau psikis,
atau keduanya; misalnya susah makan, sakit fisik, ketakutan, rendah diri,
depresi, cemas, dan lainnya. Korban tindakan Bullying biasanya, disebut bully
boy atau bully girl.
Apapun
bentuk Bully yang dilakukan seorang anak pada anak lain, tujuannya adalah sama,
yaitu untuk "menekan" korbannya, dan mendapat kepuasan dari perlakuan
tersebut. Pelaku puas melihat ketakutan, kegelisahan, dan bahkan sorot mata
permusuhan dari korbannya.
- Bentuk Bullying.
- Secara fisik :
mendorong
dengan sengaja, memukul, menampar, memalak atau meminta paksa barang yang bukan
miliknya (lazim pada anak laki-laki)
- Secara verbal :
memaki,
mengejek, calling names, menggosip (lebih pada anak perempuan)
- Secara psikologis :
mengintimidasi,
mengecilkan, mengabaikan dan mendiskriminasikan. Bahkan yang lebih canggih
dengan mengirim ejekan melalui SMS atau MMS di telepon selular atau pun melalui
email.
C. Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Bulying
Pepler
dan Craig (1988) mengidentifikasi beberapa faktor internal dan eksternal yang
terkait dengan korban bullying. Secara internal, anak yang rentan menjadi
korban bullying biasanya memiliki temperamen pencemas, cenderung tidak menyukai
situasi sosial (social withdrawal), atau memiliki karakteristik fisik khusus
pada dirinya yang tidak terdapat pada anak-anak lain, seperti warna rambut atau
kulit yang berbeda atau kelainan fisik lainnya. Secara eksternal, ia juga pada
umumnya berasal dari keluarga yang overprotektif, sedang mengalami masalah
keluarga yang berat, dan berasal dari strata ekonomi/kelompok sosial yang
terpinggirkan atau dipandang negatif oleh lingkungan.
- Dampak Bullying
Akibat
bullying ini tidak dapat dikatakan main-main. Bullying dapat mengganggu
perkembangan sosial dan emosional anak mulai dari yang ringan, sedang hingga
yang serius dan mampu berakibat pada kematian. Misalnya
v
Dampak
Bullying yang ringan :
1.
membenci
lingkungan sosialnya
2.
enggan
ke sekolah
3.
selalu
merasa kesepian
4.
sering
membolos sekolah.
v
Dampak
Bullying ringan :
1.
Prestasi
belajar menurun
2.
rasa
cemas berlebihan,
3.
selalu
merasa takut,
4.
depresi,
5.
gejala-gejala
gangguan stres pasca-trauma (post-traumatic stress disorder) dapat timbul pada korban bullying.
6.
Agresif
, bersikap kasar pada orang lain (contoh : pada kakak atau adik bahkan orang )
7.
Menghambat
Aktualisasi Diri
Contoh kasus
seorang anak sebut saja Rian, dia mempunyai potensi besar dalam bidang
sepakbola sehingga ia
memutuskan untuk bergabung dalam eskul sepakbola di sekolahnya. Namun, yang
terjadi adalah sejak ia bergabung di eskul tersebut, dirinya kerap kali menjadi
korban bullying dari kakak-kakak kelas yang juga anggota eskul tersebut. Ketika
datang agak terlambat, pulang – pulang Rian dipukuli kakak – kakak kelasnya,
atau terkadang dipalak dengan dalih membayar uang terlambat. Pada akhirnya,
akibat rasa takut dan cemas yang terus menerus melanda dirinya, ia pun
kesulitan untuk mengembangkan potensi yang ada di dalam dirinya. Sayang sekali,
bukan?
v
Dampak
Bullying berat :
1.
Phobia
sekolah
2.
Depresi
3.
Hasrat
bunuh Diri
(Data dari Jepang dinyatakan bahwa 10% korban
bullying mencoba bunuh diri)
E. Tanda – tanda Anak Menjadi Korban Bulying
1. Munculnya keluhan atau perubahan perilaku atau emosi anak akibat stres yang ia hadapi karena mengalami perilaku bullying.
- Kesulitan untuk tidur.
- Mengeluh sakit kepala atau perut
- Tidak nafsu makan atau muntah-muntah
- Takut pergi ke sekolah
- Sering pergi ke UKS/ruang kesehatan
- Menangis sebelum atau sesudah bersekolah
- Tidak tertarik pada aktivitas sosial yang
melibatkan murid lain
- Sering mengeluh sakit sebelum berangkat sekolah
- Sering mengeluh sakit pada gurunya dan ingin
orangtua segera menjemput pulang
- Harga diri yang rendah
- Perubahan drastis pada sikap, cara berpakaian,
atau kebiasaannya
- Kerusakan atau kehilangan barang-barang pribadi,
berkurangnya uang jajan yang tak dapat dijelaskan
- Lecet atau luka yang tidak dapat dijelaskan,
atau dengan alasan yang dibuat-buat
- Bersikap agresif di rumah
- Tidak mengerjakan atau menyelesaikan
tugas-tugas sekolah, prestasi menurun
- Sering merasa tidak berdaya menghadapi
permasalahan, submisif.
- Sikap Konselor Pada Anak Bullying
1.
Selalu
amati dan kenali perilaku anak-anak kita sehari-hari.
2.
Bila
ternyata anak kita merupakan korban, dengarkan apa yang ingin ia sampaikan
(meskipun kesannya ‘sepele’), “aku gak mau sekolah… aku gak suka temanku…
temanku jahat ”. Pada anak yang lebih kecil biasanya akan mengatakan : “temanku
nakal”.
3.
Jadilah konselor yang mau mendengarkan,
memahami & memberikan perhatian dengan penuh kasih sayang pada anak.
4.
Ajarkan
anak untuk berbicara dan terbuka pada orang dewasa di sekolah, misal : guru,
wali kelas, kita sebagai konselor, ataupun kepala sekolah. Semuanya dimulai
dengan selalu membuka komunikasi yang terbuka, sehat & positif serta penuh
kasih sayang pada anak.
5.
Sesekali
konselor mengamati dan bergabung dalam kelompok anak, terutama di waktu yang
tidak terawasi guru.
6.
Tidak
terlalu disarankan to fight back (membalas
dengan kekasaran) pada pelaku Bullying. Tetapi cukup mengatakan : “Hentikan,
saya tidak suka dengan perlakuan kamu” dan kemudian tinggalkan si pelaku.
7.
Latih
anak bagaimana berperilaku anticipated
coping behavior jika kejadian berulang.
8.
Terkadang
mengajak anak untuk berempati pada pelaku (karena kemungkinan si pelaku juga
merupakan korban bullying juga) bisa cukup membantu.
9.
Pastikan
bahwa “Anak merasa nyaman untuk menjadi dirinya”. Ini yang penting tentunya.
10. Jangan tunggu lama untuk
menyelesaikan masalah atau mencari pertolongan professional jika gejala
terlihat mengarah ke serius. Lebih cepat ditangani lebih baik & lebih tepat..!!
11. Apabila diperlukan/kejadian
Bullying ini telah mengarah pada tindak kekerasan yang berakibat fatal seperti
mengakibatkan kecacatan atau mengancam nyawa anak, jangan segan segan
melaporkan kejadian tersebut pada Pihak Sekolah maupun Pihak berwajib.
- Yang
Patut Diingat:
- Korban
bisa anak laki-laki maupun perempuan
- Pelaku
juga dapat anak laki-laki atau pun perempuan
- Biasanya
terjadi di waktu yang tidak ada pengawasan guru; sebelum pelajaran
dimulai, jam istirahat, pulang sekolah, di kantin, di WC.
- Menganggap
bahwa itu hanya kegiatan ‘iseng belaka’ dan ‘kamu akan baik-baik saja’
bukan lah respon atau sikap yang diharapkan korban dari orang dewasa
- Bullying
(ternyata) juga dapat dilakukan oleh orang dewasa, seperti guru di
sekolah, guru les, tetangga, oom & tante, bahkan orangtua sendiri!
- Ancaman
untuk bunuh diri dari korban. Jangan pernah anggap remeh dengan ancaman
yang satu ini.
- Beberapa
sekolah di Jakarta masih banyak yang menganggap bullying adalah hal yang
‘jamak’. Pastikan pihak sekolah anak-anak kita ‘aware’ akan hal ini.
DAFTAR PUSTAKA
Bully dan Bullying, diakses melalui :
http://bundazone.com/prilaku-bermasalah/bully-dan-bullying/
pada
tanggal 20 Mei 2011 jam 13.00 WIB.
Menghindari Anak Menjadi Pelaku
"Bullying", diakses
melalui
http://id.shvoong.com/humanities/1675891-menghindari-anak-menjadi-pelaku-bullying/
pada
tanggal 20 Mei 2011 jam 14.00 WIB.
Mengatasi Bullying di Sekolah, diakses melalui :
http://www.masbied.com/2010/03/22/mengatasi-bullying-di-sekolah/#more-2500
pada
tanggal 20 Mei 2011 jam 14.20 WIB.
BAHAYA & DAMPAK
BULLYING , diakses
melalui :
sumber/imoku.multiply.com/journal/detiknews
Mos Asyik Tanpa Bullying (Bag. 2):
Dampak Bullying & Kiat Menghindarinya, diakses melalui :
http://ruangpsikologi.com/mos-asyik-tanpa-bullying-bagian-2-dampak-bullying-kiat-menghindarinya
No comments:
Post a Comment