Berikut adalah analisis per-kutipan novel yang
diambil :
·
Kutipan Novel
(Hal 103)
Lia menjelaskan
semuanya, seperti yang sudah Lia tulis di bukunya, aku jadi tahu siapa Yugo dan
apa yang sudah Yugo lakukan ke Lia di gedung bioskop.
·
Analisis
Dalam penggalan novel
tersebut terdapat materi komunikasi antar pribadi yaitu tujuan komunikasi antar
pribadi. Nampak disitu bahwa tokoh Lia menjelaskan kepada si aku agar si aku
mengetahui apa yang telah dilakukan Yugo kepada Lia di gedung bioskop.
·
Kutipan Novel
(Hal 35)
Aku selalu berpikir
bahwa aku memiliki masa kecil yang benar-benar bahagia. Aku selalu merasa tidak
punya masalah apa pun dengan keadaan diriku. Dan aku menikmati masa kecilku
dengan kadang-kadang percaya bahwa pohon-pohon bisa bicara menggunakan
bahasanya sendiri.
·
Analisis
Dalam kutipan novel
tersebut terdapat materi komunikasi antar pribadi yaitu konsep diri. Si “aku”
menyadari bahwa ia adalah anak dengan masa kecil yang bahagia dan benar benar
menyenangkan. Bahkan ia kadang-kadang percaya bahwa pohon-pohon bisa bicara
menggunakan bahasanya sendiri. Terlihat bahwa si “aku” memiliki konsep diri
positif karena memiliki masa kecil yang menyenangkan.
·
Kutipan Novel
Aku mencoba
meringankan perasaan dan pikiranku dengan mengakui aku yang salah dan berharap
aku bisa berbuat lebih banyak untuk mengembalikan Lia kepada Lia yang bisa
kuajak bicara dengan teenang, dengan damai, sehingga aku bisa mengoreksi
apa-apa yang dia pikirkan, dan memberi tahu tentang apa yang benar-benar ingin
aku lakukan untuk membuatnya bahagia.
·
Analisis
(Hal 193)
Dalam penggalan novel
tersebut terdapat materi komunikasi antar pribadi yaitu self disclosure. Si
“aku” mulai mengkomunikasikan perasaan-perasaan yang selama ini ia pendam. Si
“aku” mengakui kesalahannya dan ingin membuka dirinya kepada Lia agar Lia
kembali seperti Lia yang tenang dan bisa diajak bicara dengan damai seperti
biasa.
·
Kutipan Novel
(Hal 65)
Bagiku, aku tidak mau
berpikir bahwa si Dendi takut kepadaku, dia hanya sedang menunjukkan bahwa
dirinya memiliki kebijaksanaan. Tiap orang menghendaki hubungan persahabatan
yang hebat, dan aku benar-benar percaya kepadanya.
·
Analisis
Dalam penggalan novel
tersebut terdapat materi komunikasi antar pribadi yaitu persepsi. Si “aku” mempersepsikan
tokoh Dendi sebagai orang yang bijaksana bukannya orang yang penakut. “aku”
percaya kepada Dendi karena ia memiliki persepsi positif terhadap tokoh Dendi.
·
Kutipan Novel
(Hal 151)
Mendengar apa yang
diceritakan oleh Lia tentang Yugo, sebetulnya aku marah, tetapi kemudian mereda
karena aku merasa harus tidak marah, apalagi aku juga pernah menjadi korban
untuk kasus yang sama, yaitu ketika Susi berusaha menciumku di bioskop.
·
Analisis
Dalam penggalan novel
tersebut terdapat materi komunikasi antar pribadi yaitu mendengarkan. Si “aku”
mendengarkan penjelasan dari Lia tentang tokoh Yugo dan apa yang sebenarnya
terjadi di antara mereka. Tokoh “aku” merasa marah setelah mendengarkan
penejelasan dari Lia, namun hal itu berangsur reda karena “aku” juga pernah
mengalami hal yang sama seperti hal yang dialami oleh Lia.
·
Kutipan Novel
(Hal 139)
“Lia cantik,” kataku.
“Nandan juga pasti
mau. Aneh kalau enggak.”
“kalau Lia-nya mau ke
Nandan?” tanya Akew ke aku. “
Ya, udah, berarti
saling mau.”
·
Analisis
Dalam penggalan novel
tersebut, didapati salah satu materi komunikasi antar pribadi yaitu pesan
verbal dalam komunikasi antar pribadi. Komunikasi antar pribadi yang dilakukan
oleh si “Aku” dan Akew menggambarkan fungsi transmisi dari pesan verbal.
Informasi seperti bagaimana cara “Aku” masuk dan lewat mana dia masuk
ditransmisikan kepada Riley oleh “Aku” melalui pesan verbal.
·
Kutipan Novel
(Hal 141)
Hari ketika itu tiba,
aku berada di atas panggung dan melihat ada Lia di antara orang-orang yang
nonron. Dari wajah Lia, aku bisa melihat dia cemas oleh jangan sampai aku
kalah. Dari wajah Lia, aku juga melihat: dia sangat berharap aku tampil jadi
pemenang. Aku tersentum di dalam hatiku.
·
Analisis
Dalam penggalan novel
tersebut terdapat materi komunikasi antar pribadi yaitu pesan non verbal dalam
komunikasi antar pribadi. Cara Lia melihat sosok “aku” menggambarkan bahwa
seberapa cemas Lia melihat “aku” saat itu dan seberapa besar harapan Lia agar
si “aku” menjadi pemenang dalam perlombaan tersebut, Lia memang tidak berbicara
apapun tapi nonverbalnya mengatakan semuanya.
·
Kutipan Novel
(Hal 83)
“kau nampar Lia?!”
dia nampak seperti membeku. Pandangan matanya mulai ia turunkan.
“kau nampar
Lia!!!???” “jawab, anjing!!!” kataku ke Anhar dengan intonasi yang tinggi tepat
di mukanya.
“iya,” kata Anhar
akhirnya. Matanya tajam memandanku
“iya, apa?”
“saya nampar Lia.
Maaf lan”
“bilang sekali lagi,
kenapa!!!???”
“saya nampar lia.”
Setelah itu, kuhajar
Anhar. Kemudian, terjadilah perkelahian Akew dan yang lainnya berusaha melerai
tapi sia-sia.
·
Analisis
Dalam penggalan novel
tersebut terdapat materi komunikasi antar pribadi yaitu konflik. Terlihat bahwa
tokoh “aku” berkonflik dengan Anhar yang sudah menampar Lia. Merasa tidak
terima “aku” pun mendatangi Anhar dan menghajarnya.
·
Kutipan Novel
(Hal 107)
“Apa?” kata Lia
dengan intonasi sedikit agak galak. Saat itu, kami sedang guguk berdua di kursi
halaman depan rumahku. Sore-sore. “Aku pacarmu!” aku yang harus kamu denger.
Bukan si Burhan yang nggak jelas itu! Bukan si Anhar yang banci itu.”
“Udah. Jangan
maki-maki kawanku, Lia,” kataku. Aku merasa harus bisa bicra pelan pelan untuk
bisa tenang mengalir komunikasi.
·
Analisis
Dalam penggalan novel
tersebut terdapat materi komunikasi antar pribadi yaitu gaya komunikasi
agresif. Nampak tokoh Lia memaksakan kehendaknya dengan berbicara secara
agresif dan menekankan keinginannya pribadi tanpa memperdulikan pendapat si
“aku” untuk mendapatkan apa yang ia inginkan.
·
Kutipan Novel
(Hal 149)
“Lia, mau nganter aku
nggak?” kataku di telepon, pagi di hari Minggu. “kemana? “Kemana aja.” “kok?”
“nganter aku jalan-jalan” “mauuuuu!!” “ha ha ha”
·
Analisis
Dalam penggalan novel
tersebut terdapat materi komunikasi antar pribadi yaitu hubungan antar pribadi.
Dari penggalan novel tersebut terlihat hubungan “aku” dan Lia adalah hubungan
percintaan, terlihat dari manisnya cara mereka bertelfon dan cara “aku” modus
untuk mengajak Lia jalan-jalan. Hubungan percintaan mereka adalah pragma (practical and traditional), cinta pragma
dalah cinta praktis dan mencari kecocokan dan hubungan dimana kebutuhan dan
hasrat terpuaskan.
·
Kutipan novel
(Hal 205)
“Katanya, Ayah baru pulang
besok.”
“Hmmmm. Kalau ayahmu
marah, itu juga karena ayahmu sayang”
“Iya, ibu”
“Ibu tau Dilan. Ibu
percaya, Dilan pasti bisa menghadaoi semuanya dengan baik.
Ah, ngobrol dengan
ibu benar-benar menjadi hiburan tersendiri bagiku. Aku merasakan ada gelombang
akrab yang tenang yang langsung merasuk jauh kedalam diriku.
·
Analisis
Dalam penggalan novel
tersebut terdapat materi kap yaitu tahapan hubungan antar pribadi yaitu
keakraban. Terlihat bahwa tokoh Dilan sangat akrab dengan ibunya dan bisa bercerida
dengan nyaman dan tenang tentang masalah yang sedang dihadapinya.
·
Kutipan Novel
(Hal 147)
“Hmmmm...,” kataku
sambil seperti sedang membaca tulisan tanhannya.
“Kamu pasti suka
rindu,” kataku.
“Ke
siapa?”
“Ke Kang Adi.”
“Enggaakkk!!!”
“Hmmm, bentar” kataku
mulai lagi membaca garis tangannya.
“Aku rindu ke kamu,”
kata Lia, pelan
“Ha ha ha. Jangan
kasih tau ini masih dibaca tangannya”
·
Analisis
Dalam penggalan novel
tersebut terdapat materi komunikasi antar pribadi yaitu pengembangan hubungan.
Dapat kita lihat bahwa hubungan tokoh “aku” dan Lia berkembang melalui dialog
yang mereka ucapkan. Yang awalnya tidak membahas perasaan menjadi membahas
peraasaan Lia yang suka kangen kepada “aku”.
·
Kutipan Novel
(Hal 29)
“Tak ada yang selesai
dengan menangis,” katanya.
“Aku gak nangis,”
kujawab
“Gak nangis kok ada
airmatanya?”
“Gak tau!” kataku
langsung telungkup di atas sofa, sambil menghapus air mataku diam-diam. Kalau
gak salah aku masih TK waktu itu.
“Bunda! Airmata siapa
di pipi Dilan?” Ayah nanya ke Bunda dengan agak teriak karena si Bundanya
sedang ada di ruang tengah. “Gak boleh nitip-nitip gini.”
“Air matanya
laaaaah!” jawab Bunda
“Bukan karanya,”
jawab Ayah.
“Diaaaaam!” kataku
sambil terus telungkup.
·
Analisis
Dalam penggalan novel
tersebut terdapat materi komunikasi antar pribadi yaitu emosi. Dapat kita lihat
bahwa tokoh Dilan yang saat itu masih TK sedang menangis. Menangis merupakan
salah satu emosi. Namun setelah itu ia pun mulai berhenti menangis dan emosiny
berubah menjadi kesal sekaligus lucu karena dijahilin oleh sang ayah yang pura
pura bertanya kepada ibunya airmata siapa yang ada di pipi Dilan sedangkan
Dilan tidak mengakui bahwa air mata di pipinya adalah miliknya sendiri.
No comments:
Post a Comment