Saturday, July 29, 2017

Analisis Novel "Milea, suara dari Dilan" Terhadap Komunikasi Antar Pribadi

Berikut adalah analisis per-kutipan novel yang diambil :

·         Kutipan Novel

(Hal 103)

Lia menjelaskan semuanya, seperti yang sudah Lia tulis di bukunya, aku jadi tahu siapa Yugo dan apa yang sudah Yugo lakukan ke Lia di gedung bioskop.

·         Analisis

Dalam penggalan novel tersebut terdapat materi komunikasi antar pribadi yaitu tujuan komunikasi antar pribadi. Nampak disitu bahwa tokoh Lia menjelaskan kepada si aku agar si aku mengetahui apa yang telah dilakukan Yugo kepada Lia di gedung bioskop.

·         Kutipan Novel

(Hal 35)

Aku selalu berpikir bahwa aku memiliki masa kecil yang benar-benar bahagia. Aku selalu merasa tidak punya masalah apa pun dengan keadaan diriku. Dan aku menikmati masa kecilku dengan kadang-kadang percaya bahwa pohon-pohon bisa bicara menggunakan bahasanya sendiri.

·         Analisis

Dalam kutipan novel tersebut terdapat materi komunikasi antar pribadi yaitu konsep diri. Si “aku” menyadari bahwa ia adalah anak dengan masa kecil yang bahagia dan benar benar menyenangkan. Bahkan ia kadang-kadang percaya bahwa pohon-pohon bisa bicara menggunakan bahasanya sendiri. Terlihat bahwa si “aku” memiliki konsep diri positif karena memiliki masa kecil yang menyenangkan.

·         Kutipan Novel

Aku mencoba meringankan perasaan dan pikiranku dengan mengakui aku yang salah dan berharap aku bisa berbuat lebih banyak untuk mengembalikan Lia kepada Lia yang bisa kuajak bicara dengan teenang, dengan damai, sehingga aku bisa mengoreksi apa-apa yang dia pikirkan, dan memberi tahu tentang apa yang benar-benar ingin aku lakukan untuk membuatnya bahagia.

·         Analisis

(Hal 193)

Dalam penggalan novel tersebut terdapat materi komunikasi antar pribadi yaitu self disclosure. Si “aku” mulai mengkomunikasikan perasaan-perasaan yang selama ini ia pendam. Si “aku” mengakui kesalahannya dan ingin membuka dirinya kepada Lia agar Lia kembali seperti Lia yang tenang dan bisa diajak bicara dengan damai seperti biasa.

·         Kutipan Novel

(Hal 65)

Bagiku, aku tidak mau berpikir bahwa si Dendi takut kepadaku, dia hanya sedang menunjukkan bahwa dirinya memiliki kebijaksanaan. Tiap orang menghendaki hubungan persahabatan yang hebat, dan aku benar-benar percaya kepadanya.

·         Analisis

Dalam penggalan novel tersebut terdapat materi komunikasi antar pribadi yaitu persepsi. Si “aku” mempersepsikan tokoh Dendi sebagai orang yang bijaksana bukannya orang yang penakut. “aku” percaya kepada Dendi karena ia memiliki persepsi positif terhadap tokoh Dendi.

·         Kutipan Novel

(Hal 151)

Mendengar apa yang diceritakan oleh Lia tentang Yugo, sebetulnya aku marah, tetapi kemudian mereda karena aku merasa harus tidak marah, apalagi aku juga pernah menjadi korban untuk kasus yang sama, yaitu ketika Susi berusaha menciumku di bioskop.

·         Analisis

Dalam penggalan novel tersebut terdapat materi komunikasi antar pribadi yaitu mendengarkan. Si “aku” mendengarkan penjelasan dari Lia tentang tokoh Yugo dan apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka. Tokoh “aku” merasa marah setelah mendengarkan penejelasan dari Lia, namun hal itu berangsur reda karena “aku” juga pernah mengalami hal yang sama seperti hal yang dialami oleh Lia.

·         Kutipan Novel

(Hal 139)

“Lia cantik,” kataku.

“Nandan juga pasti mau. Aneh kalau enggak.”

“kalau Lia-nya mau ke Nandan?” tanya Akew ke aku. “

Ya, udah, berarti saling mau.”

·         Analisis

Dalam penggalan novel tersebut, didapati salah satu materi komunikasi antar pribadi yaitu pesan verbal dalam komunikasi antar pribadi. Komunikasi antar pribadi yang dilakukan oleh si “Aku” dan Akew menggambarkan fungsi transmisi dari pesan verbal. Informasi seperti bagaimana cara “Aku” masuk dan lewat mana dia masuk ditransmisikan kepada Riley oleh “Aku” melalui pesan verbal.

·         Kutipan Novel

(Hal 141)

Hari ketika itu tiba, aku berada di atas panggung dan melihat ada Lia di antara orang-orang yang nonron. Dari wajah Lia, aku bisa melihat dia cemas oleh jangan sampai aku kalah. Dari wajah Lia, aku juga melihat: dia sangat berharap aku tampil jadi pemenang. Aku tersentum di dalam hatiku.

·         Analisis

Dalam penggalan novel tersebut terdapat materi komunikasi antar pribadi yaitu pesan non verbal dalam komunikasi antar pribadi. Cara Lia melihat sosok “aku” menggambarkan bahwa seberapa cemas Lia melihat “aku” saat itu dan seberapa besar harapan Lia agar si “aku” menjadi pemenang dalam perlombaan tersebut, Lia memang tidak berbicara apapun tapi nonverbalnya mengatakan semuanya.

·         Kutipan Novel

(Hal 83)

“kau nampar Lia?!” dia nampak seperti membeku. Pandangan matanya mulai ia turunkan.

“kau nampar Lia!!!???” “jawab, anjing!!!” kataku ke Anhar dengan intonasi yang tinggi tepat di mukanya.

“iya,” kata Anhar akhirnya. Matanya tajam memandanku

“iya, apa?”

“saya nampar Lia. Maaf lan”

“bilang sekali lagi, kenapa!!!???”

“saya nampar lia.”

Setelah itu, kuhajar Anhar. Kemudian, terjadilah perkelahian Akew dan yang lainnya berusaha melerai tapi sia-sia.

·         Analisis

Dalam penggalan novel tersebut terdapat materi komunikasi antar pribadi yaitu konflik. Terlihat bahwa tokoh “aku” berkonflik dengan Anhar yang sudah menampar Lia. Merasa tidak terima “aku” pun mendatangi Anhar dan menghajarnya.

·         Kutipan Novel

(Hal 107)

“Apa?” kata Lia dengan intonasi sedikit agak galak. Saat itu, kami sedang guguk berdua di kursi halaman depan rumahku. Sore-sore. “Aku pacarmu!” aku yang harus kamu denger. Bukan si Burhan yang nggak jelas itu! Bukan si Anhar yang banci itu.”

“Udah. Jangan maki-maki kawanku, Lia,” kataku. Aku merasa harus bisa bicra pelan pelan untuk bisa tenang mengalir komunikasi.

·         Analisis

Dalam penggalan novel tersebut terdapat materi komunikasi antar pribadi yaitu gaya komunikasi agresif. Nampak tokoh Lia memaksakan kehendaknya dengan berbicara secara agresif dan menekankan keinginannya pribadi tanpa memperdulikan pendapat si “aku” untuk mendapatkan apa yang ia inginkan.

·         Kutipan Novel

(Hal 149)

“Lia, mau nganter aku nggak?” kataku di telepon, pagi di hari Minggu. “kemana? “Kemana aja.” “kok?” “nganter aku jalan-jalan” “mauuuuu!!” “ha ha ha”

·         Analisis

Dalam penggalan novel tersebut terdapat materi komunikasi antar pribadi yaitu hubungan antar pribadi. Dari penggalan novel tersebut terlihat hubungan “aku” dan Lia adalah hubungan percintaan, terlihat dari manisnya cara mereka bertelfon dan cara “aku” modus untuk mengajak Lia jalan-jalan. Hubungan percintaan mereka adalah pragma (practical and traditional), cinta pragma dalah cinta praktis dan mencari kecocokan dan hubungan dimana kebutuhan dan hasrat terpuaskan.

·         Kutipan novel

(Hal 205)

“Katanya, Ayah baru pulang besok.”

“Hmmmm. Kalau ayahmu marah, itu juga karena ayahmu sayang”

“Iya, ibu”

“Ibu tau Dilan. Ibu percaya, Dilan pasti bisa menghadaoi semuanya dengan baik.

Ah, ngobrol dengan ibu benar-benar menjadi hiburan tersendiri bagiku. Aku merasakan ada gelombang akrab yang tenang yang langsung merasuk jauh kedalam diriku.

·         Analisis

Dalam penggalan novel tersebut terdapat materi kap yaitu tahapan hubungan antar pribadi yaitu keakraban. Terlihat bahwa tokoh Dilan sangat akrab dengan ibunya dan bisa bercerida dengan nyaman dan tenang tentang masalah yang sedang dihadapinya.

·         Kutipan Novel

(Hal 147)

“Hmmmm...,” kataku sambil seperti sedang membaca tulisan tanhannya.

“Kamu pasti suka rindu,” kataku.

“Ke siapa?”

“Ke Kang Adi.”

“Enggaakkk!!!”

“Hmmm, bentar” kataku mulai lagi membaca garis tangannya.

“Aku rindu ke kamu,” kata Lia, pelan

“Ha ha ha. Jangan kasih tau ini masih dibaca tangannya”

·         Analisis

Dalam penggalan novel tersebut terdapat materi komunikasi antar pribadi yaitu pengembangan hubungan. Dapat kita lihat bahwa hubungan tokoh “aku” dan Lia berkembang melalui dialog yang mereka ucapkan. Yang awalnya tidak membahas perasaan menjadi membahas peraasaan Lia yang suka kangen kepada “aku”.

·         Kutipan Novel

(Hal 29)

“Tak ada yang selesai dengan menangis,” katanya.

“Aku gak nangis,” kujawab

“Gak nangis kok ada airmatanya?”

“Gak tau!” kataku langsung telungkup di atas sofa, sambil menghapus air mataku diam-diam. Kalau gak salah aku masih TK waktu itu.

“Bunda! Airmata siapa di pipi Dilan?” Ayah nanya ke Bunda dengan agak teriak karena si Bundanya sedang ada di ruang tengah. “Gak boleh nitip-nitip gini.”

“Air matanya laaaaah!” jawab Bunda

“Bukan karanya,” jawab Ayah.

“Diaaaaam!” kataku sambil terus telungkup.

·         Analisis

Dalam penggalan novel tersebut terdapat materi komunikasi antar pribadi yaitu emosi. Dapat kita lihat bahwa tokoh Dilan yang saat itu masih TK sedang menangis. Menangis merupakan salah satu emosi. Namun setelah itu ia pun mulai berhenti menangis dan emosiny berubah menjadi kesal sekaligus lucu karena dijahilin oleh sang ayah yang pura pura bertanya kepada ibunya airmata siapa yang ada di pipi Dilan sedangkan Dilan tidak mengakui bahwa air mata di pipinya adalah miliknya sendiri.



Untuk download file word (.doc) di atas, silahkan klik link dibawah ini :

No comments:

Post a Comment